Kita mungkin tahu jika ada
restoran makan sepuasnya, yang biasanya mematok harga tertentu untuk masuk.
Tetapi jika ada restoran yang mempersilahkan pelanggannya bayar seikhlasnya,
mungkin itu tida ada.
Tetapi,
persaingan usaha di bidang makanan memang sangat ketat. Sehingga para pebisnis
baru akan melakukan apapun caranya untuk mempromosikan restorannya, agar ramai
dan banyak pengunjung.
Salah
satunya restoran ini, yang mempersilahkan pelanggan membayar semau mareka
apapun makanannya. Namun kebijakan ini justru menjadi bumerang, yang justru
merugikan restoran sebesar Rp193 juta hanya dalam seminggu. Bagaimana bisa?
Dalam rangka untuk menarik
pelanggan ke restoran barunya, seorang pemilik restoran di Guiyang datang
dengan hati yang mulia, dengan kebijakan promosi, yang memungkinkan pengunjung
untuk memesan banyak hidangan membayar sesuai keinginan ketika tagihan datang.
Ternyata,
ini adalah ide yang benar-benar buruk. Meskipun taktik ini berhasil menarik
banyak pengunjung ke restoran, namun banyak pelanggan hanya membayar sekitar 10
persen dari tagihan makanannya.
Bahkan
ada pengunjung yang berani hanya meninggalkan 1 RMB atau kurang dari Rp2.000 di
atas meja. Setelah tujuh hari, restoran ini pun kehilangan 100.000 RMB atau
Rp193 juta.
"Jika
makanan atau layanan kami adalah masalah, maka itu akan menjadi satu hal. Tapi
menurut umpan balik pelanggan, hidangan kami sangat lezat. Hanya saja
pembayaran tidak cocok dengan evaluasi," ucap Liu Xiaojun pemilik restoran
sambil mendesah dikutip dari Shanghaiist.
Setelah
seminggu, promosi pun berantakan. Liu dan dua mitranya bertengkar, dan salah
satu mitranya melarikan diri kembali ke kampung halamannya, bersumpah untuk
tidak kembali.
Awalnya,
tiga pengusaha percaya dalam "kebaikan yang melekat pada manusia,"
menganggap bahwa sebagian besar pengunjung akan "rasional dan adil"
ketika menerima tagihan.
Rupanya,
mereka tidak tahu banyak tentang orang-orang. Kembali pada tahun 2013, sebuah
Fuzhou pemilik restoran prasmanan juga mencoba menerapkan kebijakan
"membayar jika Anda ingin," berharap untuk menghadapi "krisis
moral" China dan "rasa kepercayaan yang lama hilang," yang
berasal dari Revolusi Kebudayaan.
Dalam bulan pertama,
restoran ini pun merugi Rp193 juta. Hingga akhirnya mereka bangkrut. Yah,
ternyata semua orang ingin "makanan gratis."
Sumber Balabala10.com
loading...